Kumpulan Puisi Terbaru

foto: www.theodysseyonline.com
Megah Tak Bernyawa
By: Rajab Muda Lubis

Jangan tanya lagi rupaku, indah menawan megah berseri
Bagaimana tidak? Tak kurang sesuatu apapun akan materi
Semua mudah untuk memberi ataupun donasi
Terlepas itu dari hati ataukah hanya eksistensi diri
Namun harga tak mampu tepiskan sepi
Lima kali memanggil sehari
Tak jarang kami sahut sendiri
Bukan tak paham kesibukan akan mencari rezki
Juga tak ingin menghakimi
Minimal jenguklah kami barang satu dua kali
Tegakah kau melihat dia lakukan seorang diri
Adzan, iqamat, sholat pun  sendiri
Benarlah dia dibayar untuk berdedikasi
Tetapi alangkah indahnya jika saling mengisi syaf berjejer rapi
Setiap kali waktu memanggil, rehat sejenak menyucikan diri
Dunia memang perlu digapai, namun akhiratlah yang abadi
Tak guna jumlah yang banyak jika tak diridhoi
Bahagia itu di hati bukan pada materi


Satu Terbaik
By: Rajab Muda Lubis

Kadang terselip iri dalam hati
Menyaksikan orang dipuja khalayak bagai raja bagai bidadari
Tampak indah mewarnai hari, punya ribuan teman untuk berbagi
Namun seiring waktu pergi, satu persatu mulai beradaptasi
Sesuai dengan keadaan yang senantiasa berotasi
Ternyata tak lebih hanya ilusi, mungkin juga fantasi
Mereka hanya rela berbagi jika itu memberi nilai yang bisa dikalkulasi
Diluar semua itu mereka lebih suka menghakimi yang membuat frustasi
Maafkan kekhilafanku ini teman…
Meski satu namun kau sejati
Yang tetap memberi solusi meski masalahmu sendiri kadang tak selesai
Tak pernah hitung laba maupun rugi, Kau jalani sepenuh hati


Sukses
By: Rajab Muda Lubis

Satu kata yang mampu butakan jiwa taklukkan dunia
Bahkan terkadang jadi nestapa pencabik sukma
Semua berlomba untuk menyandangnya
Satu kata…Sukses…
Barometer apakah yang menjadi acuan?
Apakah tentang jumlah emas dibrangkas dengan kode akses?
Ataukah punya pasangan layaknya Pangeran Charles atau Julia Cortez?
Atau mungkin punya pengaruh hingga semua perkara jadi beres?
Atau tepukan ribuan tangan saat turun podium di AS?
Benarkah ia hanya tentang hal-hal demikian
Jike benar tidak seharusnya Kurt Cobain melobangi kepalanya dengan peluru
Atau

Nyata sudah sukses bukan soal materi ataupun reputasi
Sejatinya bersemayam dalam hati perindu ilahi
Tak lepas dari kesyukuran dan kepasrahan diri
Ingat mati dunia bukanlah abadi


Ikhlas
By: Rajab Muda Lubis

Niat hati ingin berbagi
Materi, ide atau sekedar motivasi
Namun sulit untuk menghindari
Rongrongan jiwa untuk diakui dan dipuji
Tak mudah kompromi saat berdebat dengan hati
Didukung kondisi yang memang era mencitra diri
Tak ada yang salah jika harus dipublikasi
Tidak selalu bermakana tinggi hati atau ingin menginvasi
Namun terkadang nurani tak mampu membentengi diri
Hingga terhanyut oleh riak arus penghambaan pada mereka yang tak akan mengadili
Jiwa hampa tak membekas direlung sukma pendamai hakiki
Namun…
Tidak jua insan menjadi acuan maupun hambatan
Inginkan kebaikan tak harus peduli omongan
Teruslah berjalan hingga temukan diri dalam kepasrahan
Kebiasaan menjadikan diri berlari tanpa harus dikomandoi,
Menoleh tanpa harus diteriaki, memberi tanpa harus disanjung dipuji
atau bahkan menyakiti…


Tugas Wajibmu
By: Rajab Muda Lubis

Waktu memang penguasa hati
Waktu mampu bolak balikkan suara kalbu
Namun tak berlaku buat mereka
Karena di sana telah tertancap cinta yang tak mampu bedakan akar juga batang
Kuat tertanam membelit jiwa yang tak akan mampu terurai
Hingga malaikat maut melaksanakan tugas, cinta takkan usai


Barbie Bukan Bidadari
By: Rajab Muda Lubis

Ratapan hujan menyesak ruang kalbuku
Menyeruak masuk menyirami api tangisan kepedihan
Dia teman terbaikku yang mampu ciptakan nada disela petir bersahutan
Bisikannya senantiasa menghadirkan ketenangan

Bukan Kau yang ditinggalkan, Dialah yang pergi menjalang
Bukankah sudah kuingatkan, Berbie bukanlah pilihan
Kau menentang seolah Aku pecundang
Tidak kah kau sadar Berbie adalah mainan bagi mereka yang jiwanya meradang
Sungguh memang enak untuk dipandang
Tapi mainan bukan hanya buat pajangan tentu juga dipegang

Ikhlaskah dirimu hanya dapatkan ampas yang sejatinya kau yang peras
Kau sebut nama cinta demi membelanya  tetap yang pantas
Hingga dia tunjukkan dirinya yang tidak berbatas
Buka mata sirami hati yang telah mengeras
Taka ada kebaikan rumah tangga yang dimulai dengan pergaulan bebas

Umbar nafsu sebelum waktumu berlisensi
Hanya menambah murka Ilahi
Jangan harap bahagia kau temui bahkan laknat kan menghampiri
Dia jauhkan Berbie untuk dekatkan Bidadari
Yang kau butuhkan hanyalah perbaikan diri

Bagian mana yang tidak kau pahami?


Wakil  yang Terhormat
Oleh: Rajab Muda Lubis

Jangan katakan kau tak lihat
Jangan katakan pula kau tak terlibat
Bukankah kami titip amanat agar kau peka pada umat
Bukan untuk menumpuk mobil mengkilat ataupun emas karat

Ingatkah kau saat berkoar lantang ingin membela rakyat
Kepada kami yang hidup melarat  tak terawat

Kami menuntut pembangunan bersinergi tapi kau pamer jet pribadi
Kami menuntut lingkungan asri tapi kau pergi liburan ke luar negeri

Itukah makna murni mewakili rakyat

Kami tak butuh retorika hanya butuh aksi nyata


Dinasty Kekuasaan
Oleh: Rajab Muda Lubis

Meski diri bukan pengamat sejati, juga bukan politisi yang ingin mengklarifikasi
Hati berbisik tak ingin menggurui hanya menyambung berita pagi
Tak kusangkal hati juga berikan penilaian yang bebas dari intervensi
Bukan untuk memprovokasi hanya sebentuk atensi
Mungkinkah jadi peri jika nurani telah ternoda oleh ambisi menguasai
Bukan lagi esensi namun pengakuan diri, akulah dunia
Bagaimana bisa logika menerima meski diungkap dengan data maupun fakta
Dalam kubangan namun tetap jelita, bersih tanpa dosa
Mengubah limbah menjadi indah bukanlah perkara susah bagi mereka yang sudah terasah
Namun…
Kerahkan uang kejar kedudukan bukanlah panutan terlebih menendang kejujuran
Apatah lagi ini bukan zaman kekaisaran  dimana raja dan ratu tampuk pimpinan
Tak kenal istilah dinasty kekuasaan yang mengubur demokrasi juga keterbukaan
Teriakan lantang akan hilang jika terbentur handai tolan
Taji tajam siap menerkam jadi tumpul jika dibawa dalam kekeluargaan
Bukan salah jika harus bergandengan
Namun ingat aturan permainan, bukanlah ajang menumpuk dana jaminan hidup mendatang
Godaan pengabaian sumpah serta perjanjian mengintai tiap kelalaian
Tetap engkau akan dikenang dengan prediket yang kau torehkan
Antara pecundang atau jadi pahlawan



Sesal
Oleh: Rajab Muda Lubis

Sinar temaran memandu ilalang  yang bergoyang
Germercik air berdentang menghambur tinggalkan wajan
Sepoi angin menyusup masuk tak diundang, menusuk tulang
Ratapan burung malam tak berkesudahan, mengiris hati kepedihan
Iringi melodi paduan katak dan serangga malam
Memori kembali dari selembar tabir yang bergoyang
Waktu melayang disongsong zaman bagai sekelebat bayang
Igin diulang kayu ditungku telah jadi arang, hitam legam
Dia pernah disini
Kemudian hilang


Dapatkan Novel Gratis Terbaru Berjudul "Mentari Cahaya Bulan" klik Novel Terbaru 2016 (Gratis)

G+

Related Posts: